Lembur karena proses manual bukan prestasi. Otomatisasi proses rutin HR bisa membebaskan waktu untuk kerja yang lebih strategis.
Ilustrasi Awal:
Setiap akhir bulan, tim HR lembur hanya untuk menyusun slip gaji, absen, dan PPh 21.
Kesalahan input pun sering terjadi.
Masalah:
Proses manual membuat tim HR terlalu sibuk di hal teknis dan kehilangan waktu untuk hal strategis.
Selain boros waktu, juga berisiko tinggi human error.
Tanda HR Terjebak Proses Manual:
- Data gaji, absen, dan benefit diolah terpisah dan manual
- Banyak form dan approval via email / WhatsApp
- Sibuk lembur setiap closing payroll atau BPJS
- Sulit cari data cepat untuk audit atau evaluasi
Solusi: Automasi Operasional HR Step-by-Step
1. Mapping Proses Rutin Paling Banyak Makan Waktu
– Payroll, cuti, absensi, reimbursement
2. Gunakan Tool Sederhana Dulu, Tidak Harus Mahal
– Spreadsheet automation, Google Form + Looker Studio, atau HRIS lokal
3. Edukasi Karyawan untuk Input Mandiri
– Empower bukan berarti lepas tangan, tapi transparansi proses
4. Uji Otomasi Kecil, lalu Scale Up
– Mulai dari slip gaji otomatis atau notifikasi cuti otomatis
Tabel: Manual HR Process vs Automated HR Process
Aspek | Manual HR Process | Automated HR Process |
---|---|---|
Beban Kerja | Tinggi, repetitif | Ringan, bisa dialihkan ke kerja strategis |
Risiko Human Error | Tinggi | Rendah |
Time to Report | Lama, banyak revisi | Cepat, real-time |
Penutup:
HR modern bukan yang paling sibuk, tapi yang paling efisien.
Waktunya keluar dari jebakan kerja teknis—dan mulai bergerak ke arah kerja berdampak.