Tidak semua low performer adalah masalah. HR perlu gunakan performance matrix untuk melihat potensi dan arah intervensi secara akurat.
Ilustrasi Awal:
Seorang staf dinilai low performer selama dua kuartal. Tapi ternyata, dia sedang dialihkan ke peran baru tanpa pelatihan yang cukup. Kompeten, tapi salah tempat.
Masalah:
Tanpa analisa mendalam, HR bisa salah menyasar intervensi dan menyia-nyiakan talenta yang masih bisa dikembangkan.
Solusi: Gunakan Performance Matrix dengan Dimensi Potensi vs Hasil
1. Plot seluruh karyawan dalam 2×2 matrix
2. Identifikasi apakah masalah ada di kompetensi, motivasi, atau penempatan
3. Jangan buru-buru mengeluarkan atau memarahi—bisa jadi kasus mismatch
4. Arahkan HRBP sebagai fasilitator solusi, bukan eksekutor punishment
Tabel: Performance Matrix Sederhana
High Performance | Low Performance | |
---|---|---|
High Potential | Kandidat promosi, siap ekspansi | Butuh coaching & arah baru |
Low Potential | Fokus retensi & stabilisasi | Evaluasi peran dan kontribusi jangka pendek |
Penutup:
Low performer bukan musuh.
Seringkali mereka hanya belum diberi peta yang benar untuk berkembang.