Digital Sudah, Tapi Masih Manual: HRIS yang Salah Pilih Bisa Jadi Beban

HRIS seharusnya memudahkan kerja HR, tapi kalau salah pilih, justru bikin proses makin rumit. Simak cara evaluasi platform HRIS agar sesuai kebutuhan.


Ilustrasi Awal:

Sebuah startup lokal sudah pakai HRIS sejak 2 tahun lalu. Tapi cuti tetap dikonfirmasi via WhatsApp, lembur dicatat di Excel, dan payroll harus diinput ulang. Apa gunanya digitalisasi kalau masih dikerjakan manual?


Masalah:

Banyak HRIS hanya sekadar digitalisasi proses, tanpa integrasi dan otomasi. Ini menimbulkan kerja dua kali yang tidak efisien.


Solusi: HRIS Harus Sesuai Operasi dan Skala

  1. Evaluasi ulang fitur: Apakah sudah end-to-end?
  2. Pastikan HRIS lokal paham konteks regulasi Indonesia (BPJS, THR, PPh 21)
  3. Cek integrasi: fingerprint, payroll, shift, cuti
  4. Hindari HRIS yang hanya “pretty UI” tanpa fungsional
  5. Minta demo yang simulasi real-case, bukan slide presentasi

Tabel: Checklist Evaluasi HRIS

AreaTanda HRIS EfektifTanda Harus Diganti
AbsensiSinkron dengan mesin atau mobile appMasih perlu input manual
PayrollOtomatis update sesuai PPh/BPJSHarus pakai Excel tambahan
Cuti & LemburPengajuan & approval langsung di appTetap lewat WA atau email

Penutup:

Digitalisasi bukan soal tren, tapi efisiensi nyata.
HRIS harus menyatu dengan workflow, bukan jadi aplikasi tambahan yang membebani.

Tags:
0

Stay Updated!

Subscribe to get the latest blog posts, news, and updates delivered straight to your inbox.

By pressing the Sign up button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms and Conditions