Proses performance review bisa rusak hanya karena satu kalimat. HR perlu pastikan manajer tahu apa yang harus — dan tidak boleh — diucapkan.
Ilustrasi Awal:
“Menurut saya kamu bisa lebih baik tahun ini.”
Ucapan manajer yang terdengar biasa ini… bikin karyawan bingung dan defensif.
Masalah:
Banyak manajer tidak dibekali skill komunikasi saat evaluasi. Akibatnya, performance review jadi sesi emosional tanpa arah.
Solusi: HR Wajib Edukasi Bahasa Feedback yang Tepat
- Hindari kalimat ambigu seperti “kerjamu kurang maksimal”
- Gunakan data konkret dan contoh spesifik
- Jangan bandingkan antar karyawan
- Pastikan tujuan review: perbaikan, bukan penghakiman
- Latih manajer pakai teknik feedforward, bukan cuma feedback
Tabel: Kalimat Buruk vs Kalimat Konstruktif
Kalimat Buruk | Kenapa Salah | Versi Konstruktif |
---|---|---|
“Kerjamu kurang maksimal.” | Tidak jelas konteksnya | “Target X tidak tercapai 3 bulan.” |
“Kamu harus seperti si A.” | Bandingkan orang | “Mari kita fokus ke gaya kerja kamu.” |
“Saya rasa kamu tidak berkembang.” | Tidak berbasis data | “Skill Y belum berkembang sesuai plan.” |
Penutup:
HR bukan hanya fasilitator, tapi juga pelatih komunikasi bagi para manajer.