Tunjangan sudah banyak, tapi karyawan tetap merasa “nggak dapet apa-apa”? Bisa jadi salah sasaran. Simak tips evaluasi manfaat secara efektif.
Ilustrasi Awal:
Ada subsidi makan, ada uang pulsa, ada asuransi tambahan.
Tapi tiap survei karyawan keluar keluhan: “Tunjangan nggak terasa manfaatnya.”
Padahal anggaran sudah lumayan besar. Apa yang salah?
Masalah:
Banyak perusahaan menyusun skema tunjangan tanpa pemetaan kebutuhan karyawan.
Akibatnya:
- Banyak manfaat yang tidak digunakan
- Perusahaan membayar lebih untuk hal yang tidak relevan
- Kepuasan kerja tidak meningkat
Tanda Tunjangan Karyawan Tidak Efektif
- Anggaran habis, tapi manfaat tidak dirasakan langsung
- Ada tunjangan yang tidak pernah diklaim
- Keluhan karyawan tetap tinggi meski fasilitas banyak
Langkah HR untuk Menyusun Tunjangan yang Lebih Relevan
1. Lakukan Survei Preferensi Manfaat Secara Berkala
- Tanyakan langsung apa yang paling dibutuhkan per kelompok usia/level
- Gunakan hasilnya untuk re-align tunjangan
2. Gunakan Skema “Flexible Benefits”
- Beri opsi pilihan tunjangan (misal: antara transport atau childcare)
- Sesuaikan dengan lifecycle dan kebutuhan individu
3. Audit Manfaat yang Tidak Efektif
- Cek klaim dan utilisasi manfaat per tahun
- Hentikan tunjangan yang tidak digunakan dan alihkan anggaran
Dampak Evaluasi Tunjangan Secara Strategis
Sebelum (Tunjangan Generik) | Sesudah (Tunjangan Relevan) |
---|---|
Karyawan merasa manfaat tidak nyata | Karyawan merasa didukung & dihargai |
Anggaran bocor di tunjangan pasif | Dana dialihkan ke program berdampak |
HR kesulitan pertahankan talenta | Benefit jadi alat retensi strategis |
Tunjangan bukan soal banyaknya, tapi soal relevansinya. HR perlu lebih mendengar agar manfaat bisa dirasakan nyata.