Banyak organisasi klaim sudah agile, tapi masih pakai proses approval yang lambat dan birokratis. Artikel ini membahas gap ini secara praktis.
Ilustrasi Awal:
Tim sudah agile: pakai sprint, scrum board, dan stand-up meeting.
Tapi kalau mau beli software, tetap harus minta tanda tangan ke 3 level manajer.
Proposal ide inovasi harus “naik meja” sampai 2 minggu.
Agile di tim, birokrasi di sistem. Nggak nyambung.
Masalah:
Struktur kerja yang agile tidak akan efektif kalau prosedur dan pengambilan keputusan masih konvensional.
Hasilnya:
- Keputusan lambat, eksekusi tertunda
- Karyawan frustrasi dengan sistem internal
- Transformasi budaya jadi setengah jalan
Tanda Sistem Tidak Selaras dengan Struktur Agile
- Tim agile, tapi approval tetap bertingkat banyak
- Stand-up meeting produktif, tapi eksekusi terganjal SOP lama
- Banyak loopback dari middle management karena belum “aman”
Langkah HR dan Manajemen Menyelaraskan Struktur & Sistem
1. Petakan Proses Approval Kritis yang Paling Sering Menghambat
- Fokus pada hal-hal berulang: rekrutmen, pengadaan, penugasan lintas tim
- Potong rantai persetujuan tanpa menurunkan kontrol
2. Revisi Delegasi Wewenang Berdasarkan Peran, Bukan Jabatan
- Lead squad bisa setujui pengeluaran kecil tanpa perlu approval direksi
- Desain ulang matriks otorisasi
3. Gabungkan Review Proyek dengan Decision Forum
- Buat ruang evaluasi dan keputusan dalam satu forum
- Hindari feedback yang “tertahan” di level manajer
Dampak Proses Agile yang Sinkron dengan Struktur
Sebelum (Agile Setengah Jalan) | Sesudah (Agile Full Ecosystem) |
---|---|
Cepat di meeting, lambat di eksekusi | Eksekusi langsung setelah alignment |
Tim merasa tidak dipercaya | Kepercayaan meningkat, otonomi nyata |
Inisiatif mandek di approval | Inovasi jalan tanpa delay |
Kalau ingin agile betulan, struktur tim dan sistem organisasi harus sinkron. Bukan cuma gaya kerjanya yang diubah.