Struktur Sudah Rapi, Tapi Kenapa Banyak Tim “Overlapping Role”?

Struktur organisasi bisa tampak ideal di atas kertas, tapi praktiknya banyak tim bingung siapa mengerjakan apa. Artikel ini membahas cara menyusun job architecture yang relevan dan praktis.


Ilustrasi Awal:

Sebuah perusahaan teknologi mengeluhkan lambatnya delivery project. Setelah ditelusuri, ternyata dua tim memiliki tanggung jawab yang hampir sama—tapi tidak satupun merasa benar-benar bertanggung jawab penuh.


Masalah:

Role yang tidak jelas menciptakan kebingungan, gesekan antar tim, dan lambatnya eksekusi.
Struktur mungkin tampak logis, tapi job architecture-nya tidak di-breakdown ke level harian.


Gejala Umum:

  1. Tim saling melempar tanggung jawab
  2. Ada posisi yang terlalu luas (generalist overload)
  3. Banyak approval lambat karena tidak tahu siapa decision maker
  4. HR kesulitan merancang KPI per individu

Solusi: Buat Job Architecture yang Kontekstual dan Dinamis

1. Breakdown Role sampai Aktivitas Utama
– Jangan hanya job title, buat mapping tanggung jawab spesifik

2. Tautkan Setiap Role ke Output Bisnis yang Terukur
– Contoh: “Lead Developer = fitur X siap dalam 2 sprint”

3. Buat Role Mapping Matrix untuk Area yang Bersinggungan

4. Review dan Update Setiap 6 Bulan (Minimal)
– Organisasi berubah, role juga harus adaptif


Tabel: Perbedaan Desain Struktur vs. Job Architecture

ElemenStruktur OrganisasiJob Architecture
FokusKotak dan HierarkiAktivitas, tanggung jawab, output
TujuanStabilitas dan kontrolKejelasan dan efektivitas operasional
Review dilakukan olehDireksi atau pimpinanHR + Unit Bisnis

Penutup:

Struktur tanpa definisi role yang tepat seperti blueprint tanpa detail bangunan.
Job architecture adalah jembatan antara desain dan eksekusi.

Stay Updated!

Subscribe to get the latest blog posts, news, and updates delivered straight to your inbox.

By pressing the Sign up button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms and Conditions