Kandidat disebut overqualified, padahal justru cocok. Artikel ini bahas bagaimana miskomunikasi antara HR dan user memengaruhi hasil seleksi.
Ilustrasi Awal:
HR kirim 5 kandidat dengan CV solid. Semua ditolak user: “Terlalu tinggi untuk posisi ini.”
Padahal posisi yang dibuka butuh keahlian yang mereka miliki.
Masalahnya: ekspektasi user dan pemahaman HR nggak ketemu sejak awal.
Masalah:
Ketidaksesuaian antara ekspektasi hiring manager dan proses pencarian HR bisa menyebabkan kandidat bagus terbuang sia-sia.
Penyebab umumnya:
- Briefing awal terlalu umum
- Hiring manager belum tahu apa yang realistis di pasar
- Tidak ada kesepakatan soal prioritas kualifikasi
Ciri Briefing Hiring Manager yang Tidak Efektif
- Job description tidak diturunkan ke kebutuhan aktual harian
- Tidak ada diskusi soal trade-off: mana yang wajib vs nice to have
- HR tidak mendapat gambaran kultur dan dinamika tim
Langkah HR untuk Briefing Awal yang Tajam
1. Pakai Template Diskusi Hiring Brief
- Tanyakan aktivitas harian posisi tersebut
- Bahas konteks tim: siapa atasannya, siapa koleganya
2. Bahas “Dealbreaker” dan “Compromise Point”
- Misalnya: boleh tidak latar industri beda?
- Skill mana yang bisa dilatih, mana yang wajib datang jadi?
3. Tampilkan Data Pasar dan Benchmark
- Berikan insight soal kisaran gaji, jumlah kandidat di market, dan ekspektasi umum
Hasil Briefing Hiring Manager yang Tepat
Tanpa Briefing Efektif | Dengan Briefing Efektif |
---|---|
Kandidat bagus dianggap salah | Kandidat sesuai ekspektasi nyata |
Proses rekrut lama dan berulang | Waktu hiring lebih efisien |
Frustrasi antar HR dan user | Kolaborasi lebih mulus dan produktif |
Briefing bukan formalitas awal, tapi pondasi seluruh proses rekrutmen.
Kalau pondasinya goyah, hasilnya pun pasti meleset. HR-lah yang bisa memastikan pondasi ini kokoh.