Tingginya turnover bisa jadi bukan karena rekrutmen yang salah, tapi karena proses offboarding yang tidak memberi pelajaran. Audit offboarding jadi kunci awal retensi.
Ilustrasi Awal:
HR sibuk nyari tahu kenapa turnover tinggi,
tapi tidak pernah mengevaluasi pola resign yang berulang.
Tiap tahun, divisi yang sama kehilangan orang dengan alasan yang mirip.
Masalah:
Turnover sering dianggap masalah rekrutmen, padahal bisa jadi akar masalahnya ada di proses offboarding yang tidak dievaluasi.
Tanpa audit offboarding, organisasi:
- Gagal mendeteksi pola kehilangan talenta
- Tidak tahu area kerja mana yang bermasalah
- Kehilangan kesempatan memperbaiki sistem dari feedback nyata
Tanda Perlu Audit Offboarding
- Turnover tetap tinggi meskipun proses rekrutmen sudah diperbaiki
- Tidak ada dokumentasi atau tren hasil exit interview
- Divisi yang sama terus-menerus ditinggal karyawan
Langkah HR Melakukan Audit Offboarding
1. Kumpulkan dan Kategorikan Data Exit Interview
- Identifikasi tema berulang: atasan, beban kerja, kultur
- Simpan secara sistematis untuk ditinjau tiap kuartal
2. Analisis Korelasi dengan Retensi
- Bandingkan data exit dengan masa kerja, performa, dan tim
- Fokus pada divisi dengan alarm tertinggi
3. Libatkan Leadership dalam Review
- Presentasikan temuan tren exit ke pimpinan
- Buat rekomendasi perbaikan berdasarkan data
Tabel: Tanpa Audit vs Dengan Audit Offboarding
Tanpa Audit Offboarding | Dengan Audit Offboarding |
---|---|
Gagal tangkap pola resign | Terlihat area penyebab turnover |
Perbaikan hanya di permukaan | Solusi berbasis data dan terarah |
HR dianggap pasif | HR dilihat sebagai mitra strategis |
Kadang jawaban dari problem retensi sudah dikatakan—tapi tidak didengar. Audit offboarding adalah cara HR mulai mendengarkan.