“Pelatihan Sudah Dikasih, Kok Masih Nggak Bisa?”—Tanda Evaluasi Training Masih Dangkal

Training tidak cukup dinilai dari feedback peserta. Artikel ini bahas bagaimana HR mengevaluasi efektivitas pelatihan secara menyeluruh dan akurat.


Ilustrasi Awal:

Setiap pelatihan ditutup dengan form evaluasi.
Rating rata-rata: 4,8 dari 5.
Tapi ketika dilihat performa kerja? Tetap stagnan.
Karyawan tahu teorinya, tapi belum tentu bisa aplikasikan.


Masalah:

Evaluasi pelatihan terlalu fokus ke pengalaman, bukan dampak.
Efeknya:

  • Pelatihan terlihat sukses di atas kertas
  • Tidak ada follow-through ke perilaku kerja
  • Tidak bisa buktikan ROI pelatihan

Ciri Evaluasi Training yang Dangkal:

  1. Hanya pakai feedback form di akhir sesi
  2. Tidak ada pre-post assessment
  3. Tidak dilacak perubahan kinerja setelah training

Langkah Evaluasi Training yang Komprehensif:

1. Gunakan Model Kirkpatrick 4 Level

  • Reaksi → Pembelajaran → Perilaku → Hasil
  • Buat alat ukur untuk setiap levelnya

2. Lakukan Pre & Post Assessment Kompetensi

  • Tes sebelum dan sesudah pelatihan
  • Fokus pada perubahan pengetahuan dan keterampilan

3. Minta Feedback dari Atasan Mentee Setelah 1 Bulan

  • Tanyakan perubahan perilaku nyata
  • Libatkan atasan dalam proses penilaian dampak

Evaluasi Training: Superfisial vs Strategis

Aspek EvaluasiSuperfisialKomprehensif & Berdampak
FokusFeedback pesertaPerubahan performa & hasil kerja
Waktu EvaluasiLangsung setelah trainingSampai 1-2 bulan pasca pelatihan
Stakeholder TerlibatHanya pesertaHR, atasan, dan peserta

Pelatihan bukan cuma tentang “suka atau tidak”, tapi tentang “berubah atau tidak”.

Stay Updated!

Subscribe to get the latest blog posts, news, and updates delivered straight to your inbox.

By pressing the Sign up button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms and Conditions