Reorganisasi gagal total jika mindset karyawan masih terjebak senioritas dan ego jabatan. Ini peran HR untuk menyeimbangkan struktur dan budaya.
Ilustrasi Awal:
Struktur organisasi baru sudah diumumkan. Tim sudah dirampingkan dan peran disesuaikan.
Tapi setiap meeting masih terdengar kalimat:
“Dulu waktu saya masih GM, saya yang memutuskan ini.”
Atau:
“Kenapa saya harus lapor ke dia, dia kan dulunya bawahan saya.”
Perubahan struktur gagal total kalau mindset jabatan tidak ikut berubah.
Masalah:
Struktur baru akan mentok kalau budaya lama masih dominan.
Beberapa dampak umum:
- Ego posisi lama mengganggu eksekusi
- Konflik otoritas dalam struktur baru
- Karyawan sulit beradaptasi dengan reporting line baru
Tanda Struktur Baru Tidak Didukung Mindset Baru
- Ada jabatan baru tapi praktik kerja tetap seperti struktur lama
- Senior lebih fokus mempertahankan status, bukan fungsi
- Karyawan bingung karena komunikasi perubahan tidak tuntas
Langkah HR Mengubah Mindset Jabatan
1. Lakukan Re-onboarding untuk Posisi Kunci
- Bukan sekadar sosialisasi, tapi deep alignment tentang role dan ekspektasi
- Libatkan pimpinan untuk ikut menyuarakan arah baru
2. Evaluasi Berdasarkan Peran, Bukan Jabatan Lama
- Pakai indikator output yang relevan dengan struktur baru
- Hilangkan privilege jabatan yang tidak relevan lagi
3. Buat Forum Refleksi Perubahan
- Fasilitasi diskusi internal tentang transisi
- Dorong keterbukaan dalam menerima realitas organisasi baru
Perbandingan Mindset Jabatan Lama vs Baru
Mindset Jabatan Lama | Mindset Jabatan Baru |
---|---|
Fokus pada status | Fokus pada kontribusi nyata |
Menolak melapor ke posisi baru | Adaptif terhadap struktur baru |
Mengacu pada sejarah posisi | Bergerak berdasarkan strategi terkini |
Perubahan struktur organisasi bukan sekadar mengubah kotak di bagan—tapi juga mengubah cara pikir di dalamnya.
HR harus jadi jembatan antara struktur dan budaya agar keduanya selaras mendukung transformasi.