Transisi dari individu kontributor ke people leader sering gagal karena HR tidak menyiapkan support sistematis untuk mid-level leader.
Ilustrasi Awal:
Seorang supervisor baru saja dipromosikan.
KPI-nya naik, anak buahnya tambah. Tapi tidak ada pelatihan, tidak ada coaching.
Hasilnya? Micromanage dan burnout.
Masalah:
Banyak organisasi mengasumsikan kemampuan memimpin akan muncul otomatis saat jabatan naik.
Padahal, justru di titik inilah support leadership sangat dibutuhkan.
Tanda Mid-Level Leader Gagal Transisi:
- Tidak bisa mendelegasikan secara efektif
- Canggung memberi feedback ke tim
- Fokus pada pekerjaan pribadi, bukan tim
- Konflik horizontal sering dibiarkan atau dihindari
Solusi: HR Harus Bangun Sistem Coaching untuk Pemimpin Baru
1. Onboarding Khusus untuk First-Time Leaders
– Tidak hanya fungsi, tapi mindset shift
2. Sediakan HRBP Sebagai Coach atau Shadow Support
– Observasi dan diskusi real case mingguan
3. Library Internal: Situasi Kepemimpinan Sehari-hari
– Contoh: kasih feedback, negosiasi beban kerja, dsb
4. Evaluasi Progress Bukan Hanya dari KPI, Tapi juga dari Gaya Kepemimpinan
Tabel: Mid-Level Leader Support System
Elemen Support | Contoh Implementasi | Dampak |
---|---|---|
Coaching HRBP | 1-on-1 mingguan selama 3 bulan | Adaptasi kepemimpinan lebih cepat |
Simulasi Kasus Nyata | Role play & feedback | Percaya diri meningkat |
Microlearning Konten | WhatsApp-based learning series | Konsumsi cepat, relevan |
Penutup:
Jangan berharap pemimpin baru langsung matang kalau tidak ada sistem yang membantu mereka tumbuh.
HR bukan hanya fasilitator promosi, tapi partner dalam pembentukan gaya kepemimpinan.