Mentoring Gagal Jalan? Salah Kaprah Soal Peran Mentor Masih Terjadi

Program mentoring sering gagal karena mentor hanya dianggap “pengawas”. Ini kesalahan yang perlu dihindari dan cara memperbaikinya.


Ilustrasi Awal:

Perusahaan sudah bentuk program mentoring. Mentor ditugaskan dampingi talenta baru.
Tapi 6 bulan kemudian, hasilnya nihil—mentee bingung, mentor pasif, program nggak berlanjut.
Ternyata, semua cuma formalitas.


Masalah:

Mentoring gagal bukan karena programnya jelek, tapi karena tidak ada pemahaman peran yang jelas.
Yang sering terjadi:

  • Mentor tidak diberi arahan atau pelatihan
  • Mentee tidak paham ekspektasi
  • Tidak ada mekanisme evaluasi atau dukungan

Kesalahan Umum dalam Program Mentoring:

  1. Mentor hanya dijadikan supervisor tambahan
  2. Tidak ada jadwal pertemuan yang konsisten
  3. Tidak ada orientasi atau pelatihan peran mentor/mentee

Langkah HR agar Mentoring Jadi Efektif:

1. Siapkan Modul “Mentoring 101” untuk Kedua Pihak

  • Bahas ekspektasi, batasan, dan peran masing-masing
  • Sertakan studi kasus internal

2. Tetapkan Struktur dan Tujuan Tiap Sesi

  • Jadwal rutin minimal 1x/bulan
  • Tujuan per sesi ditentukan bersama

3. Monitor dan Beri Feedback Berkala

  • HR jadi fasilitator pemantauan progress
  • Mentor aktif dilibatkan dalam evaluasi program L&D

Mentoring yang Efektif: Bukan Supervisi Tambahan

KomponenMentoring GagalMentoring Efektif
Peran MentorTidak jelas / pasifAktif membimbing & mendengarkan
KegiatanSekadar ngobrol tanpa arahSesi rutin dengan tujuan jelas
Dukungan dari HRTidak ada follow-upHR aktif memfasilitasi & mengevaluasi

Mentoring bisa jadi alat L&D paling kuat—asal tidak disalahartikan dari awal.

Stay Updated!

Subscribe to get the latest blog posts, news, and updates delivered straight to your inbox.

By pressing the Sign up button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms and Conditions