Kenapa KPI Karyawan Selalu “Diatur Belakangan”?

KPI sering jadi formalitas di akhir tahun. Pelajari penyebabnya dan bagaimana HR bisa membangun sistem KPI yang relevan sejak awal tahun.


Ilustrasi Awal:

Januari–Februari: Semua sibuk anggaran.
Maret: Baru mulai diskusi KPI.
Juli: Masih revisi karena “nggak cocok sama realitas”.
Desember: Penilaian dilakukan pakai feeling dan hasil seadanya.
Masih terjadi di banyak perusahaan, terutama di tim non-sales.


Masalah:

KPI dianggap beban administratif, bukan alat manajemen.
Akibatnya:

  • Karyawan tidak tahu kenapa KPI itu dibuat
  • Atasan mengisi form KPI hanya karena diminta HR
  • Tidak ada keterkaitan dengan realita harian kerja

Penyebab KPI Gagal Relevan:

  1. Dibuat tanpa konteks strategi tim/organisasi
  2. Terlalu fokus pada angka, tanpa indikator perilaku
  3. Ditetapkan top-down tanpa dialog dengan pemilik peran
  4. Tidak pernah ditinjau ulang sepanjang tahun

Peran HR untuk Perbaiki Siklus KPI:

1. Terapkan KPI Alignment Workshop di Q1

  • Libatkan pimpinan unit dan staf
  • Cocokkan KPI dengan roadmap bisnis yang realistis

2. Gunakan Format Hybrid: Output + Outcome

  • Output: Jumlah tugas selesai
  • Outcome: Dampak dari tugas tersebut

3. Wajibkan Review KPI per Kuartal, Bukan per Tahun

  • Atur ritme penyesuaian dengan dinamika tim
  • Hindari KPI jadi “hantu akhir tahun”

KPI yang Baik: Praktis, Terbaca, dan Berdampak

AspekKPI BurukKPI Baik
Waktu dibuatTerlambat, dadakanQ1, selaras dengan rencana kerja
FokusKuantitas kerjaDampak dan kualitas kinerja
OwnershipDipaksakan oleh atasan/HRDidefinisikan bersama staf

KPI bukan sekadar alat ukur. Ia cermin kedewasaan tim dalam bekerja terarah.

0

Stay Updated!

Subscribe to get the latest blog posts, news, and updates delivered straight to your inbox.

By pressing the Sign up button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms and Conditions