Masalah gaji sering kali bukan soal nominal, tapi soal transparansi dan konsistensi. Artikel ini membahas cara HR membangun sistem kompensasi yang adil dan terbuka.
Ilustrasi Awal:
Dua orang di level yang sama, tapi gajinya beda.
Yang satu tahu alasannya, yang satu nggak.
Akibatnya? Timbul rasa tidak adil dan mulai gosip ke mana-mana.
Masalahnya bukan gaji terlalu kecil—tapi sistem kompensasinya nggak transparan.
Masalah:
Banyak perusahaan di Indonesia belum punya sistem kompensasi yang terstruktur dan terbuka.
Biasanya:
- Gaji ditentukan “berdasarkan negosiasi” atau feeling
- Karyawan nggak ngerti logika kenaikan gaji
- HR sulit menjawab saat ada pertanyaan soal keadilan
Tanda Sistem Kompensasi Perlu Dibangun Ulang
- Rentang gaji antar orang di level sama terlalu jauh
- Karyawan merasa nggak tahu kenapa gajinya segitu
- Manajer sering bingung menjelaskan kenaikan atau penyesuaian gaji
Langkah HR Membangun Sistem Gaji yang Transparan dan Konsisten
1. Buat Struktur Gaji Berdasarkan Job Level dan Nilai Pasar
- Lakukan salary benchmarking untuk tiap level jabatan
- Tentukan minimum, midpoint, dan maksimum range
2. Tetapkan Kriteria Kenaikan Gaji yang Objektif
- Gunakan indikator kinerja, masa kerja, dan kontribusi spesifik
- Komunikasikan kebijakan ini ke seluruh karyawan
3. Sediakan Ruang Diskusi dan Edukasi Soal Gaji
- Misalnya: HR open session tiap 6 bulan atau saat review tahunan
- Tujuannya: membangun pemahaman, bukan membuka semua angka
Dampak Sistem Gaji yang Transparan
Sebelum (Gaji Nggak Jelas) | Sesudah (Sistem Terstruktur dan Terbuka) |
---|---|
Karyawan frustrasi dan gosip | Karyawan paham logika gaji dan kenaikannya |
HR repot jelaskan satu-satu | Ada sistem yang bisa dijadikan acuan |
Protes soal ketidakadilan | Rasa adil meningkat, trust makin kuat |
Gaji bukan hanya soal uang, tapi soal kepercayaan.
HR bisa jadi jembatan agar sistem kompensasi jadi lebih sehat dan adil untuk semua.