Kebebasan WFO-WFH bukan jaminan produktivitas. Artikel ini membahas kenapa fleksibilitas kadang justru bikin bingung, dan peran HR dalam mengaturnya.
Ilustrasi Awal:
Perusahaan memberi kebijakan fleksibel: boleh WFO, boleh WFH. Tapi output tim tidak merata, atasan bingung tracking, dan ada kecemburuan antar divisi. HR mulai kewalahan.
Masalah:
Kebijakan fleksibel tanpa standar dan mekanisme kontrol justru menimbulkan kebingungan.
Kenapa Fleksibilitas Bisa Bikin Tidak Produktif:
- Tidak ada standar komunikasi atau deliverables
- Atasan tidak tahu cara memimpin tim hybrid
- Karyawan tidak diberi pedoman ekspektasi
- Tidak semua pekerjaan cocok untuk fleksibel
Solusi: Buat HR Hybrid Policy yang Adaptif Tapi Terukur
1. Bedakan fleksibilitas untuk fungsi kerja yang berbeda
2. Tetapkan standar hasil kerja, bukan hanya jam kerja
3. Fasilitasi pelatihan untuk atasan hybrid team
4. Lakukan evaluasi efektivitas tiap 3 bulan
Tabel: Komponen Kunci Kebijakan HR Hybrid yang Efektif
Komponen | Penjelasan | Tujuan |
---|---|---|
Klasifikasi fungsi kerja | Tentukan pekerjaan mana yang bisa fleksibel | Mencegah generalisasi kebijakan |
Deliverables-based | Fokus pada output, bukan lokasi | Jaga produktivitas & akuntabilitas |
Komunikasi rutin | Minimal 2x sync dalam seminggu | Jaga koneksi tim meski beda lokasi |
Penutup:
Fleksibilitas bukan soal tempat kerja, tapi soal struktur kerja yang tetap jelas.
Tanpa desain yang tepat, fleksibilitas bisa berubah jadi chaos.