Bukan semua orang harus jadi manajer. HR perlu membangun jalur karier lateral yang relevan dengan kekuatan dan arah bisnis.
Ilustrasi Awal:
“Karier saya mandek karena nggak mau jadi atasan.”
“Kalau nggak naik jabatan, berarti nggak berkembang.”
Padahal nggak semua orang cocok mimpin tim.
Beberapa lebih kuat di eksekusi, teknologi, atau relasi klien.
Tapi karena jalurnya cuma ke atas, mereka merasa gagal.
Masalah:
HR sering memaksakan struktur karier vertikal—padahal tidak semua talenta cocok atau ingin jadi manajer.
Efeknya:
- Karyawan kehilangan motivasi karena tidak melihat masa depan
- Promosi justru menurunkan produktivitas (Peter Principle)
- Perusahaan kehilangan pakar teknis karena terlalu fokus pada struktur
Tanda Jalur Karier Tidak Relevan
- Promosi jadi manajer, tapi hasil kerja malah menurun
- Spesialis teknis tidak dihargai karena tidak punya tim
- Tidak ada jalur pengembangan kecuali jabatan naik
Langkah HR Membuat Jalur Karier Relevan
1. Bangun Jalur Karier Ganda (Dual Career Path)
- Satu untuk leadership, satu untuk expert
- Keduanya punya reward & prestise setara
2. Gunakan Matriks Kompetensi Karier
- Setiap jalur punya kompetensi utama yang jelas
- Pembinaan lebih fokus dan terarah
3. Sesuaikan Karier dengan Value Bisnis
- Kalau bisnis butuh spesialis, jangan paksa jadi generalis
- Integrasikan kebutuhan strategi ke desain karier
Dampak Karier Lateral yang Relevan
Jalur Karier Vertikal Saja | Jalur Karier Ganda & Relevan |
---|---|
Naik jabatan = satu-satunya pilihan | Banyak opsi pertumbuhan |
Tidak cocok jadi pemimpin, tapi dipaksa | Berkembang sesuai kekuatan pribadi |
Produktivitas turun setelah promosi | Karyawan tetap optimal di perannya |
Karier bukan soal naik—tapi soal cocok.
HR harus sediakan lebih banyak “jalan”, bukan cuma “tangga”.