Hiring lambat karena feedback manager ngaret? HR bisa mempercepat proses rekrutmen dengan strategi komunikasi yang tegas tapi tetap kolaboratif. Baca caranya di sini.
Deadline rekrutmen tinggal seminggu. Kamu sudah shortlist kandidat yang pas, sudah dijadwalkan interview, bahkan follow-up berkali-kali. Tapi feedback dari hiring manager belum juga datang. Lalu, si kandidat malah ambil tawaran dari perusahaan lain.
Situasi ini sering terjadi. Ironisnya, HR yang disalahkan karena dianggap “lambat” atau “gagal dapet orang bagus.” Padahal, hambatannya ada di tim user sendiri.
Masalah: Hiring Manager Tidak Merasa Bertanggung Jawab dalam Rekrutmen
Banyak hiring manager merasa proses rekrutmen adalah “urusan HR”. Mereka hanya muncul saat interview, dan setelah itu diam. Akibatnya:
- Feedback interview molor berhari-hari
- Kandidat jadi ragu dan mundur
- Proses jadi tidak kompetitif dibanding perusahaan lain
Jika ini dibiarkan, perusahaan akan terus kalah cepat dalam perang talenta.
Solusi: HR Perlu Punya Strategi Menekan Tanpa Menyudutkan
Berikut adalah pendekatan praktis yang bisa HR lakukan agar proses hiring jadi lebih gesit — tanpa konflik, tanpa drama.
1. Ubah Mindset: “Hiring adalah KPI Bersama”
- Masukkan metrik hiring speed dan quality of hire ke dashboard bulanan setiap divisi
- Tampilkan open positions & status tiap minggu (via email blast atau dashboard)
- Buat HR terlihat sebagai partner, bukan sebagai service desk
2. Gunakan Reminder Otomatis dan Terukur
- Buat sistem email reminder otomatis (pakai Notion, Google Workspace, Trello, dll)
- Reminder berisi: kandidat + posisi + deadline feedback + dampak keterlambatan
- Gunakan nada sopan tapi tegas: “Mohon feedback maksimal H+1 setelah interview untuk menjaga experience kandidat.”
3. Buat “Hiring SLA” Internal
- Tetapkan Service Level Agreement internal, misalnya:
- Jadwal interview maksimal 3 hari setelah shortlist
- Feedback wajib diberikan H+1
- Cantumkan dalam SOP atau policy HR — bicarakan dalam HRBP meeting agar diadopsi oleh seluruh fungsi
Taktik Komunikasi: Push dengan Gaya Kolaboratif
Situasi | Frasa Lama | Frasa Baru (Lebih Efektif) |
---|---|---|
Follow-up feedback | “Mau follow up feedback…” | “Saya perlu update feedback untuk posisi ini agar kita tidak kehilangan kandidat bagus.” |
Keterlambatan user | “Bisa bantu cepat ya?” | “Delay feedback ini berisiko kehilangan kandidat. Boleh bantu percepat agar kita tetap kompetitif.” |
Escalation halus | “Mohon konfirmasi ulang.” | “Jika belum bisa review, akan saya bantu eskalasi ke Head agar tidak stagnan.” |
Langkah Bonus: Edukasi Hiring Manager Lewat Insight HR
- Tampilkan data Cost of Delay — tunjukkan berapa lama posisi kosong, dan dampaknya (misalnya beban kerja tim lain, overtime naik, project melambat)
- Kirim artikel pendek atau carousel internal soal tren rekrutmen dan kecepatan hiring
- Libatkan mereka dalam seleksi sejak awal (misal, ikut diskusi pembuatan job description, bukan baru muncul saat wawancara)
Penutup: Hiring Cepat Butuh HR yang Tegas tapi Tidak Keras
HR harus belajar menekan tanpa membuat defensif. Hiring adalah kerja tim, dan user harus sadar bahwa kecepatan rekrutmen adalah kunci memenangkan talenta terbaik.