Bagaimana HR bisa menolak atau menyesuaikan permintaan direksi tanpa terkesan menentang? Artikel ini membahas strategi negosiasi ala HR.
Ilustrasi Awal:
Direksi meminta HR untuk memecat 20% karyawan demi efisiensi, padahal belum ada kajian beban kerja.
Atau: CEO ingin promosi cepat untuk seorang “anak emas”, tanpa proses penilaian objektif.
HR sering ada di tengah tekanan: profesionalitas vs instruksi atasan.
Masalah:
HR sering terjebak antara integritas profesional dan tekanan dari pimpinan puncak.
Jika terlalu menuruti, reputasi HR sebagai fungsi strategis dipertaruhkan. Jika menolak langsung, dianggap tidak kooperatif.
Strategi Negosiasi Tanpa Menantang Atasan
1. Klarifikasi Tujuan Bisnis dari Permintaan
- Tanyakan: “Apa urgensinya untuk saat ini?” atau “Apa dampak yang ingin dicapai?”
- Ini membantu memindahkan diskusi dari “perintah” jadi “tujuan bersama”.
2. Tawarkan Jalan Tengah yang Tetap Mengarah ke Tujuan
- Contoh: alih-alih PHK, tawarkan opsi redistribusi kerja + hiring freeze.
- Gunakan data beban kerja atau simulasi dampak untuk meyakinkan.
3. Gunakan Bahasa yang Fokus pada Risiko Bisnis, Bukan Etika
- Ganti “itu tidak adil” menjadi “itu bisa menimbulkan resistensi karyawan”.
- Atasan lebih merespons jika disampaikan dari sisi risiko operasional.
Checklist Mini untuk HR saat Dapat Instruksi “Sulit”
- Apakah sudah jelas tujuan bisnisnya?
- Apakah ada data pendukung untuk meninjau dampaknya?
- Apakah saya sudah menyiapkan opsi alternatif?
- Apakah saya menyampaikan dengan nada kolaboratif, bukan konfrontatif?
Negosiasi yang baik bukan soal menolak—tapi menggeser arah pembicaraan ke solusi bersama.
HR bisa menjaga profesionalisme tanpa kehilangan kepercayaan direksi.
