Pertumbuhan cepat sering bikin HR kewalahan menjaga engagement. Artikel ini bahas gejala, penyebab, dan solusi praktis untuk mencegah burnout kolektif.
Ilustrasi Awal:
Perusahaan A baru dapat pendanaan.
Tim bertambah 3x lipat dalam setahun.
Target naik, proses belum stabil, orang lama kewalahan membimbing yang baru.
Karyawan mulai kehilangan semangat.
Karyawan baru pun bingung arah.
Engagement menurun drastis justru saat perusahaan tumbuh.
Masalah:
Percepatan bisnis sering tidak diikuti kesiapan budaya dan sistem kerja—menyebabkan disengagement massal.
Penyebab umum:
- Tidak ada waktu untuk proses adaptasi
- Beban kerja meningkat tanpa dukungan
- Karyawan lama kehilangan sense of belonging
Gejala Scaling Burnout
- Team lead overload—jadi bottleneck semua keputusan
- Orang lama merasa “kita bukan seperti dulu lagi”
- Karyawan baru cepat turnover karena lost connection
Langkah HR Mencegah Disengagement Saat Scaling
1. Ciptakan Transisi Budaya yang Disengaja
- Buat onboarding budaya untuk semua—termasuk yang lama
- Tetapkan ritual tim baru yang inklusif
2. Segera Bentuk Middle Leader yang Siap Tanggung Jawab
- Promosi atau rekrut leader menengah untuk distribusi beban
- Latih mereka jadi “culture carrier”
3. Lakukan Pulse Check Tiap Kuartal Selama Masa Scaling
- Ukur engagement, kelelahan, dan sense of clarity
- Gunakan hasilnya untuk penyesuaian kebijakan cepat
Tabel: Perusahaan Scaling tanpa vs dengan Strategi Engagement
Tanpa Strategi | Dengan Pendekatan Engagement |
---|---|
Budaya kerja jadi kabur | Nilai perusahaan tetap terjaga |
Talenta lama kehilangan arah | Dilibatkan dalam shaping perubahan |
Talenta baru merasa asing | Langsung merasa “belong” |
Scaling sukses bukan hanya soal revenue—tapi soal energi tim yang tetap menyala.
Dan itu kerja utama HR.