Restrukturisasi sering bikin semangat kerja turun drastis. Bukan karena perubahan, tapi karena prosesnya tidak transparan dan tanpa keterlibatan.
Ilustrasi Awal:
Sebuah perusahaan manufaktur melakukan reorganisasi besar.
Divisi digabung, jabatan berubah, beberapa tim dibubarkan.
Surat resmi dikirim—tapi tidak ada diskusi.
Sebulan kemudian, banyak karyawan mulai diam-diam cari kerja.
Bukan karena posisi hilang, tapi karena rasa kehilangan kendali.
Masalah:
Engagement bisa turun drastis saat perubahan tidak melibatkan orang yang terdampak.
Penyebab utama:
- Karyawan merasa keputusan sepihak
- Tidak tahu alasan di balik perubahan
- Tidak ada ruang bertanya atau menyampaikan kekhawatiran
Tanda Engagement Runtuh Pasca Restrukturisasi
- Karyawan “nurut” tapi pasif dan tidak antusias
- Leader kehilangan kepercayaan tim
- Kultur mulai terasa dingin dan individualistik
Langkah HR Menjaga Engagement di Tengah Reorganisasi
1. Bangun Narasi Perubahan dengan Konteks dan Transparansi
- Jelaskan kenapa dan apa dampaknya bagi semua level
2. Libatkan Tim dalam Adaptasi, Bukan Hanya Sosialisasi
- Gunakan sesi co-creation untuk role redesign atau proses baru
3. Pantau Perubahan Mood dan Keterlibatan via Pulse Check
- Fokus pada indikator trust, clarity, dan motivation
Tabel: Reorganisasi Tanpa vs Dengan Keterlibatan
Tanpa Keterlibatan | Dengan Keterlibatan |
---|---|
Engagement turun drastis | Karyawan merasa bagian dari solusi |
Muncul ketidakpastian berlarut | Ada kejelasan peran & arah baru |
Trust pada manajemen hilang | Trust tetap terjaga meski berubah |
Reorganisasi bisa jadi momentum peningkatan—kalau HR pandai mengelola emosi dan ekspektasi.