Employer branding yang kuat tidak menjamin retensi jika ekspektasi talenta tidak dipenuhi di lapangan. Artikel ini membahas jurang antara citra dan kenyataan.
Ilustrasi Awal:
Kandidat dari kampus top rela masuk perusahaan Anda karena citra employer branding yang inspiratif.
Tapi baru 3 bulan, sudah mulai cari kerja lagi.
“Lingkungannya nggak seperti yang dikira,” kata mereka.
Employer branding berhasil menarik, tapi gagal mempertahankan.
Masalah:
Employer branding yang tidak selaras dengan realita kerja akan menciptakan ekspektasi palsu dan mempercepat turnover.
Ini bukan soal gaji saja—tapi soal gap antara janji dan kenyataan.
Jika employer brand menjanjikan “kultur kolaboratif”, tapi kenyataannya penuh politik kantor, talenta akan merasa ditipu.
Tanda Employer Branding Anda Tidak Autentik
- Onboarding dipenuhi kekecewaan atau “culture shock”
- Banyak karyawan keluar dalam 6 bulan pertama
- Reputasi di kanal review (LinkedIn, Jobstreet, Glassdoor) tidak konsisten
Langkah Membangun Employer Branding yang Sejalan dengan Kenyataan
1. Audit Internal Employer Value Proposition (EVP)
- Apa yang benar-benar dirasakan karyawan sekarang?
2. Libatkan Karyawan Aktif dalam Narasi Employer Branding
- Gunakan testimoni nyata, bukan hanya narasi marketing
3. Integrasikan Employer Branding ke Onboarding dan HR Touchpoint
- Contoh: nilai-nilai budaya diperkuat di 90 hari pertama kerja
4. Monitor Review Karyawan Secara Aktif dan Tanggapi Secara Terbuka
- Jangan defensif—jadikan bahan perbaikan strategi
Tabel: Branding Aspiratif vs Branding Otentik
Employer Branding Aspiratif | Employer Branding Otentik |
---|---|
Janji tinggi, ekspektasi tinggi | Janji sesuai kenyataan di lapangan |
Talenta tertarik tapi cepat kecewa | Talenta bertahan dan tumbuh |
Komunikasi satu arah dari HR | Komunikasi dua arah dan kolaboratif |
Checklist: Apakah Employer Branding Anda Realistis?
- Apakah EVP Anda mewakili kenyataan kerja saat ini?
- Apakah kandidat baru merasa pengalaman sesuai harapan?
- Apakah branding melibatkan suara karyawan aktif?
Employer branding bukan soal menjadi perusahaan yang “hebat”, tapi menjadi perusahaan yang jujur. Karena talenta bertahan di tempat yang bisa dipercaya.