Organisasi bisa punya nilai-nilai bagus di atas kertas, tapi jika pemimpinnya toxic, maka semua budaya runtuh. HR perlu menindak dan membangun accountability kepemimpinan.
Ilustrasi Awal:
Perusahaan ini dikenal dengan slogan “Respect, Growth, Collaboration.”
Namun, beberapa tim mengalami hal sebaliknya.
Seorang atasan selalu marah-marah di grup, menyalahkan tim di depan umum, dan mengambil kredit hasil kerja orang lain.
HR sudah menerima beberapa keluhan, tapi belum berani bertindak karena atasan itu dianggap “high performer”.
Beberapa karyawan kunci mulai resign diam-diam.
Employer branding tetap bagus, tapi di dalam, trust ambruk.
Masalah:
Tidak semua pemimpin mencerminkan budaya yang diiklankan organisasi. Saat perilaku toxic dibiarkan, maka budaya perusahaan hanya jadi slogan kosong.
Ciri-Ciri Pemimpin Toxic Tapi Dianggap “Performer”:
- Mengelola hasil, bukan manusia
Fokus hanya ke KPI, tidak peduli cara mencapainya. - Bicara nilai, tapi perilaku bertentangan
Misalnya, budaya “respect” tapi menyindir tim di forum publik. - Selalu “menang” di rapat, tidak pernah mendengar
Keputusan diambil sepihak, ide tim tidak dihargai.
Akibat Langsung Pemimpin Toxic:
- Talenta berkualitas keluar duluan
- Tim pasif dan takut bicara
- Nilai budaya jadi tidak dipercaya
- HR dianggap tidak bisa menindak
Langkah HR Menangani Pemimpin Toxic:
1. Buat Sistem Umpan Balik dari Bawah ke Atas (Upward Feedback)
- Tidak hanya 360 review, tapi anonymous feedback 2x setahun
- Tinjau hasil sebagai bagian dari evaluasi kinerja pimpinan
2. Masukkan Perilaku Budaya sebagai Bagian dari KPI
- Misal: “Kepemimpinan inklusif”, “Feedback positif dari tim”
- Bobot minimal 30% dari total KPI
3. Tindak Tegas, Termasuk Pemimpin “Performer”
- Kinerja bagus tidak membenarkan perlakuan buruk
- Evaluasi kinerja harus seimbang antara hasil dan cara
4. Bangun Budaya “Accountable Leadership”
- Pemimpin wajib jadi role model
- Feedback bukan ancaman, tapi alat perbaikan
Tabel: Perbedaan Pemimpin Berkinerja Tinggi vs Toxic Performer
Aspek | High Performing Leader | Toxic High Performer |
---|---|---|
Hasil Bisnis | Tinggi | Tinggi |
Perilaku terhadap tim | Membangun, suportif | Merendahkan, menyalahkan |
Hubungan antar tim | Terbuka dan kolaboratif | Penuh ketakutan dan tertutup |
Efek jangka panjang | Retensi & growth tinggi | Burnout & turnover tinggi |
Checklist HR: Membedakan Performa Nyata vs Performa Beracun
- Apakah pemimpin ini membuat tim berkembang atau stagnan?
- Apakah turnover di bawahnya lebih tinggi dari unit lain?
- Apakah karyawan nyaman menyampaikan pendapat di timnya?
HR bukan hanya pengelola proses—tapi penjaga nilai dan budaya. Jika pemimpin toxic dibiarkan, maka semua upaya branding dan budaya jadi sia-sia.