Budaya kerja tidak dibentuk dari poster, tapi dari perilaku atasan tiap hari. Artikel ini mengupas peran leadership dalam menciptakan budaya yang konsisten.
Ilustrasi Awal:
Perusahaan punya 5 core values.
Diinfokan saat onboarding, dicetak di dinding.
Tapi di rapat, atasan marah-marah. Di proyek, yang cepat tapi curang tetap dipuji.
Tim jadi bingung: sebenarnya budaya kerja kita kayak gimana?
Masalah:
Banyak perusahaan mengklaim punya “budaya kuat”, tapi tidak ditopang oleh perilaku pemimpinnya.
Akibatnya:
- Nilai-nilai jadi formalitas belaka
- Tim bekerja dengan standar ganda
- Budaya kerja jadi reaktif, bukan proaktif
Tanda Budaya Kerja Tidak Diinternalisasi
- Nilai perusahaan tidak tercermin di perilaku atasan
- Reward & punishment tidak sesuai dengan budaya yang diklaim
- Karyawan tidak bisa menjelaskan apa budaya kerja di timnya
Langkah HR dan Manajemen Menghidupkan Budaya Kerja
1. Bentuk “Behavioral Standards” Berdasarkan Core Values
- Definisikan seperti apa nilai itu diterapkan dalam kerja harian
- Gunakan sebagai acuan evaluasi dan coaching
2. Latih Atasan Jadi Role Model Budaya
- Masukkan indikator budaya dalam penilaian manajer
- Lakukan feedback 360 untuk mengukur konsistensi perilaku
3. Pastikan Budaya Jadi Bagian dari Sistem, Bukan Tambahan
- Integrasikan budaya ke dalam rekrutmen, onboarding, dan promosi
- Buat budaya kerja menjadi bagian dari sistem reward
Dampak Budaya Kerja yang Dipimpin oleh Leadership
Sebelum (Budaya Sekadar Formalitas) | Sesudah (Budaya Jadi Penggerak Tim) |
---|---|
Tim bingung nilai yang harus dipegang | Tim punya kompas perilaku yang konsisten |
Nilai perusahaan tidak terasa di lapangan | Budaya tercermin dalam cara kerja sehari-hari |
HR hanya “penjaga slogan” | HR dan manajer jadi penjaga integritas budaya |
Budaya kerja yang nyata bukan dimulai dari poster, tapi dari cara atasan bersikap tiap hari.
Perubahan dimulai dari pemimpin.