Jangan menunggu kursi kosong untuk promosi. Ketergantungan ini merusak logika karier dan menghambat regenerasi talenta.
Ilustrasi Awal:
“Naiknya nanti aja ya, tunggu si Pak A pensiun dulu.”
“Posisinya belum ada, jadi kamu tahan dulu di situ.”
Ini kalimat klasik yang mematikan semangat.
Lalu saat posisi itu akhirnya kosong, malah diisi orang baru dari luar.
Lucu? Tidak. Menyedihkan? Ya.
Masalah:
Sistem karier yang hanya bergerak kalau ada posisi kosong menciptakan stagnasi, ketimpangan reward, dan frustrasi internal.
Efek sampingnya:
- Karyawan tidak punya kontrol atas pertumbuhan karier
- Kompetensi internal tidak dihargai
- Turnover tinggi karena orang merasa tidak punya masa depan
Tanda Ketergantungan pada “Kursi Kosong”
- Promosi hanya terjadi saat ada pengunduran diri atau pensiun
- Internal talent jarang dipertimbangkan saat posisi strategis terbuka
- Tidak ada proses pengembangan sebelum promosi
Langkah HR Mengatasi Ketimpangan Struktural
1. Bangun Sistem Talent Pool Internal
- Siapkan kandidat dari jauh-jauh hari
- Gunakan data kompetensi & readiness
2. Gunakan Konsep Promosi Fungsional
- Karyawan bisa naik tanggung jawab & reward tanpa ganti jabatan
- Bisa dilakukan lewat project ownership atau cluster leadership
3. Desain Struktur yang Elastis
- Hindari ketergantungan posisi tunggal
- Siapkan double layer di posisi kritis
Efek Sistem “Nunggu Kursi Kosong”
Sistem Lama | Sistem Modern |
---|---|
Promosi pasif & reaktif | Promosi proaktif & berbasis data |
Karyawan tidak berkembang | Karyawan dibina & disiapkan |
Posisi jadi rebutan emosional | Posisi diisi secara objektif |
Karier seharusnya bukan menunggu, tapi bergerak.
HR harus ubah logika struktural agar semua orang punya peluang berkembang—tanpa nunggu “kursi kosong”.