Delegasi bukan sekadar ngasih tugas. Artikel ini membedah bagaimana HR bisa bantu para manajer tingkat menengah belajar delegasi secara efektif dan sistematis.
Ilustrasi Awal:
Seorang supervisor mengeluh, “Kalau saya nggak kerjain sendiri, kerjaan nggak beres.” Ia pulang paling malam, burnout, dan tim-nya pasif. HR hanya menerima keluhan tapi tidak punya framework bantu.
Masalah:
Middle manager jarang diajarkan skill dasar seperti delegasi. Akibatnya, kerja menumpuk dan tim tidak berkembang.
Kenapa Delegasi Sering Gagal:
- Manajer merasa semua harus dia kontrol
- Tidak ada pelatihan tentang pendelegasian
- HR tidak membekali dengan alat bantu & struktur
- Budaya organisasi menilai ‘sibuk’ sebagai ‘produktif’
Solusi: Ajarkan Delegasi Sebagai Bagian dari Kepemimpinan
1. Edukasi tentang jenis tugas yang layak didelegasikan
2. Gunakan metode 5W Delegation (What, Why, Who, When, Watch)
3. Buat panduan Delegation Tracker untuk monitoring
4. Berikan coaching 1-on-1 untuk manajer baru
Tabel: Delegasi vs Micromanage
Gaya Manajerial | Dampak ke Tim | Dampak ke Manajer |
---|---|---|
Tidak delegasi | Tim pasif, tidak berkembang | Burnout, kehabisan bandwidth |
Delegasi efektif | Tim tumbuh, kepercayaan tinggi | Fokus ke prioritas strategis |
Micromanage | Frustasi, turnover tinggi | Frustasi, konflik meningkat |
Penutup:
Delegasi itu skill yang harus diajarkan, bukan diasumsikan.
HR punya peran penting bantu middle manager belajar jadi pemimpin yang sehat.