Banyak HR membuat desain organisasi berdasarkan asumsi, bukan data. Artikel ini mengungkap risiko besar dan langkah konkret membangun struktur berbasis insight.
Ilustrasi Awal:
CEO minta HR susun ulang struktur karena “tim terasa berat di tengah.”
HR langsung buat proposal baru.
Dua bulan kemudian, turnover meningkat. Beban kerja malah nggak seimbang.
Semua karena satu hal: desain organisasi dibuat tanpa data nyata.
Masalah:
Banyak keputusan desain organisasi dibuat reaktif dan spekulatif, bukan berbasis analisis data tenaga kerja yang objektif.
Ini bisa berujung pada overload, underused talent, hingga biaya SDM membengkak tanpa hasil nyata.
Risiko Desain Organisasi Tanpa Data
- Distribusi beban kerja tidak proporsional
- Banyak posisi ‘pajangan’ atau tidak produktif
- Tumpang tindih fungsi karena tidak jelas value chain-nya
- Kesulitan saat ingin scaling atau efisiensi biaya
Cara HR Membangun Desain Organisasi Berbasis Data
1. Gunakan Workforce Analytics Sebelum Merancang
- Ukur produktivitas, volume kerja, dan waktu proses antar tim
- Identifikasi bottleneck dan low-value activities
2. Mapping Struktur Terhadap Value Stream, Bukan Jabatan
- Susun tim berdasarkan proses bisnis dan alur nilai
- Hindari pendekatan “copy paste” dari perusahaan lain
3. Review Efektivitas Struktur Secara Berkala
- Buat metrik untuk mengukur efektivitas struktur (respon time, cross-team dependency, dsb)
- Audit hasil kerja bukan hanya berdasarkan output individu, tapi antar fungsi
Desain Organisasi Berbasis Data Lebih Efektif dan Tangguh
Tanpa Data (Asumsi dan Insting) | Dengan Data (Analitik dan Insight) |
---|---|
Struktur tidak adaptif | Struktur scalable dan agile |
Beban kerja tidak merata | Distribusi kerja lebih sehat |
HR sulit evaluasi performa tim | HR punya metrik untuk redesign objektif |
Desain organisasi adalah investasi mahal.
Kalau dibuat tanpa data, biayanya bukan hanya uang—tapi moral tim, efektivitas bisnis, dan kredibilitas HR.