Jika perusahaan agresif merekrut tapi tetap kehilangan talenta, masalahnya bukan di jumlah hiring—tapi strategi talenta secara keseluruhan. Temukan akar dan solusinya.
Ilustrasi Awal:
Setiap bulan ada pengumuman: “Kita lagi buka 20 posisi baru!”
Tapi enam bulan kemudian?
Banyak dari mereka sudah resign, sebagian menghilang diam-diam, sisanya tidak menunjukkan performa. HR dan manajer mulai frustrasi.
Masalah: Fokus di Kuantitas, Bukan Kualitas Strategi Talenta
Banyak perusahaan bangga dengan angka rekrutmen, tapi tidak sadar:
- Mereka tidak membangun talent strategy yang berkelanjutan
- Proses onboarding minim
- Tidak ada career path jelas
- Manager tidak siap mengelola generasi baru karyawan
Ciri-ciri Strategi Rekrutmen yang Gagal:
- Hiring Based on Desperation
Cepat-cepat isi posisi karena workload, tanpa hitung “fit” atau potensi jangka panjang - Tidak Ada Employer Value Proposition (EVP)
Kandidat masuk karena gaji, bukan karena percaya visi atau budaya - Onboarding Jadi Formalitas
Hanya pengenalan SOP dan HRIS, tanpa penguatan hubungan & tujuan kerja
Strategi Ubah Mindset dari Hiring ke Talent Building
1. Audit Talenta dan Proyeksi Bisnis
- Tinjau kembali kebutuhan berdasarkan growth, bukan asumsi
- Fokus: peran mana yang benar-benar berdampak ke bisnis
2. Kembangkan EVP yang Otentik
- Jangan hanya bilang “budaya kita keren”
- Tunjukkan melalui konten, testimoni karyawan, dan konsistensi pengalaman kandidat
3. Prioritaskan Onboarding sebagai Fondasi
- Buat 90 hari pertama karyawan penuh dengan interaksi yang relevan
- Sertakan peer mentor, sesi budaya, dan 30-60-90 days plan
Dampak Talent Strategy yang Tepat
Fokus Strategi | Dampak Langsung | Dampak Jangka Panjang |
---|---|---|
Employer Branding | Kandidat yang lebih selektif dan cocok | Retensi tinggi, lebih hemat biaya hiring |
Onboarding Terstruktur | Adaptasi cepat, produktivitas naik | Kepuasan & loyalitas karyawan meningkat |
Alignment Hiring–Business | Posisi terisi sesuai prioritas | Pertumbuhan SDM sejalan dengan arah bisnis |
Ingat:
Hiring itu proses awal, bukan akhir.
HR yang strategis adalah yang membangun ekosistem talenta, bukan sekadar mengisi kursi kosong.